PASURUAN (RADARPASURUAN.ID) Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Pasuruan terus menjadi atensi Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Pasalnya, dalam tiga tahun terakhir, kasusnya ternyata terus mengalami kenaikan.
Berdasarkan data Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Pasuruan, jumlah kekerasan anak dan perempuan di Kabupaten Pasuruan mulai tahun 2020 hingga 2022 semakin bertambah.
Di tahun 2020 misalnya. Total kasus kekerasan terhadap anak dan KDRT pada perempuan mencapai 30 kasus. Di mana, 7 kasus diantaranya merupakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Sementara 23 kasus lainnya menjadikan anak sebagai korban kekerasan anak.
Setahun berikutnya, kasus nya kian naik menjadi 40 an kasus. Dan jumlah itu melesat di tahun 2022, yang mencapai 73 kasus. Sebanyak 62 kasus kekerasan, menimpa anak-anak. Sementara sisanya, sebanyak 11 kasus mendera perempuan.
Kepala DP3AP2KB Kabupaten Pasuruan, Loembini Pedjati Layung menguraikan, tingginya kasus kekerasan terhadap anak dan perempuan di Kabupaten Pasuruan, dipengaruhi beberapa faktor. Selain dipengaruhi media sosial juga dipengaruhi kecenderungan masyarakat yang semakin berani. Untuk mengungkap tindak kekerasan yang dialami.
“Masyarakat semakin berani bersuara akan kekerasan yang dialaminya,” kata Loembini.
Rata-rata, kekerasan yang dialami anak, adalah pelecehan seksual. Kasus-kasus kekerasan seksual tersebut, kerap dianggap hal tabu dan juga memalukan. Sehingga, korban memilih diam dengan kekerasan yang dialaminya.
Namun, hal itu kini tidak demikian. Terhadap kekerasan yang dialami, mereka lebih berani untuk bicara. “Kami juga selalu memberikan pendampingan dan sosialisasi untuk bisa mencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan terjadi,” jelasnya.
Dengan makin meningkatnya kasus tersebut, Loembini mengajak seluruh masyarakat untuk memahami pentingnya ketahanan keluarga. Sebab apabila keluarga harmonis, maka seluruh resiko tersebut akan minim terjadi dan menimpa, baik pasangan rumah tangga maupun anak-anak.
“Jaga keluarga kita masing-masing. Karena ketahanan keluarga adalah segalanya. Kalau sudah kuat, harmonis, maka Insya Allah tidak akan terjadi apa-apa,” pungkasnya. (RP/RED)